PB FKAPHI Usulkan Program KIE-WK 4 Pilar Kebangsaan Di 22 Provinsi Ke MPR RI
Sepindonesia.com | JAKARTA – Pengurus Besar Forum Komunikasi Alumni Petugas Haji Indonesia (PB FKAPHI) mengajukan usulan kegiatan Komunikasi Informasi Edukasi…
Ditulis Oleh : HM Affan Rangkuti, Ketua PB AW Bidang Risdig
SEP INDONESIA | JAKARTA | 13 September 2021. C19 banyak memberi peluang dan tantangan. Membentuk peradaban baru digitalisasi bagi pendidikan di Tanah Air. Semula arus digitalisasi hanya didominasi di wilayah perkotaan, kini sudah berdiaspora ke pelosok negeri. Bahkan pemikiran sudah bergeser apakah lembaga pendidikan saat ini butuh gedung atau tidak, karena semua bisa diselesaikan dengan virtual.
Baca Juga :
Kisah 5 Anggota Dewan Pesta Maksiat Ditengah Doa dan Airmata Anak Bangsa
Teknologi memberi peluang penekanan biaya lebih murah. Tadinya orangtua mesti menyediakan ongkos dan jajan setiap hari. Semula orangtua kuatir dengan tawuran, perundungan pisik dan geng-gengan. Resah ketika anak lama kembali ke rumah padahal jam sekolah sudah usai. Kegelisahan akan monster pedofil dan pelecehan seks lainnya. Seolah ‘langit’ menjawab keresahan orangtua yang bertahun menghantui atas buah hatinya.
Entah ini jawaban atau justru ini menjadi persoalan baru bagi orangtua. Anak menjadi pribadi yang aktif menggunakan teknologi. Mulai dari game hingga berselancar hal baru yang bisa menghantarkan anak kepada satu pusaran informasi yang buruk dari pornografi, radikal, dan terorisme.
Soal pengeluaran memang bisa ditekan dengan virtual. Bahkan satu setel seragam tanpa dicuci seminggu pun cukup. Tak ada yang tahu apakah wangi atau berbau, bersih atau sudah lusuh. Tapi, soal moral, akhlak dan sosio kultural akan sulit menilainya. Di sinilah satu letak keunggulan sekolah berbasis tatap muka dan sekaligus kekurangan sekolah virtual.
Manusia adalah makhluk sosial akan menjadi satu tesis yang boleh jadi akan digugat zaman. Kepekaan anak atas kompetensi sosio kulturalnya diprediksi akan meluntur karena teknologi tidak akan mampu menghantarkan anak sebagai manusia sosial secara utuh dan cenderung akan terbentuk menjadi TecMan, manusia teknologi.
Mana yang dipilih, apakah sekolah tatap muka, sekolah virtual atau sekolah hybrid. Karakter digital yang sudah terbentuk hampir dua tahun ini akan sulit dikembalikan semula. Semua tergantung pada kebijakan dan kecerdasan berfikir pembuat regulasi. Pilihan paling moderat adalah sekolah berbasis hybrid. Red
Sepindonesia.com | JAKARTA – Pengurus Besar Forum Komunikasi Alumni Petugas Haji Indonesia (PB FKAPHI) mengajukan usulan kegiatan Komunikasi Informasi Edukasi…
Sepindonesia.com | JAKARTA – Korps Kepolisian Perairan dan Udara yang berada di bawah Badan Pemelihara Keamanan (Baharkam) Polri memperingati Hari…
Sepindonesia.com | LABUHANBATU – Polres Labuhanbatu bersama Forkopimda, tokoh Masyarakat, tokoh agama dan organisasi penggiat anti narkotika yang disaksikan oleh…
Sepindonesia.com | LABUHANBATU – Yayasan Gerakan Nanam Amal Sedekah (GANAS) berbagi beras dan paket sembako kepada kaum dhuafa di Dusun…
Sepindonesia.com | LABUHANBATU – Kapolres Labuhanbatun AKBP Deni Kerniawan, SIK,MH didampingi Kanit PPA Polres Labuhanbatu IPDA Rostina Br. Sembiring, SH….
Sepindonesia.com | LABUHANBATU – Sebanyak 26 orang mahasiswa asal Labuhanbatu secara simbolis menerima bantuan masuk Perguruan Tinggi Negeri jalur seleksi…
Sepindonesia.com | LABUHANBATU – Pjs. Bupati Labuhanbatu Drs.H.Mhd.Fitriyus, SH.MSP didampingi para Asisten, Staf Ahli Bupati dan kepala OPD hadir mengikuti…
Sepindonesia.com, KARIMUN – Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kabupaten Karimun tahun anggaran 2021 resmi disahkan dalam Sidang Paripurna…
Sepindonesia.com | LABURA – Karena tingginya curah hujan akhir – akhir ini menyebabkan Banjir Dimana – mana , salah satunya…