Banjir Di Bandar Durian Menyebabkan Macet Kurang Lebih 7 KM
Sepindonesia.com | LABURA – Karena tingginya curah hujan akhir – akhir ini menyebabkan Banjir Dimana – mana , salah satunya…
Ditulis Oleh : HM Affan Rangkuti, Ketua PB AW Bidang Risdig
SEP INDONESIA | JAKARTA | 13 September 2021. C19 banyak memberi peluang dan tantangan. Membentuk peradaban baru digitalisasi bagi pendidikan di Tanah Air. Semula arus digitalisasi hanya didominasi di wilayah perkotaan, kini sudah berdiaspora ke pelosok negeri. Bahkan pemikiran sudah bergeser apakah lembaga pendidikan saat ini butuh gedung atau tidak, karena semua bisa diselesaikan dengan virtual.
Baca Juga :
Kisah 5 Anggota Dewan Pesta Maksiat Ditengah Doa dan Airmata Anak Bangsa
Teknologi memberi peluang penekanan biaya lebih murah. Tadinya orangtua mesti menyediakan ongkos dan jajan setiap hari. Semula orangtua kuatir dengan tawuran, perundungan pisik dan geng-gengan. Resah ketika anak lama kembali ke rumah padahal jam sekolah sudah usai. Kegelisahan akan monster pedofil dan pelecehan seks lainnya. Seolah ‘langit’ menjawab keresahan orangtua yang bertahun menghantui atas buah hatinya.
Entah ini jawaban atau justru ini menjadi persoalan baru bagi orangtua. Anak menjadi pribadi yang aktif menggunakan teknologi. Mulai dari game hingga berselancar hal baru yang bisa menghantarkan anak kepada satu pusaran informasi yang buruk dari pornografi, radikal, dan terorisme.
Soal pengeluaran memang bisa ditekan dengan virtual. Bahkan satu setel seragam tanpa dicuci seminggu pun cukup. Tak ada yang tahu apakah wangi atau berbau, bersih atau sudah lusuh. Tapi, soal moral, akhlak dan sosio kultural akan sulit menilainya. Di sinilah satu letak keunggulan sekolah berbasis tatap muka dan sekaligus kekurangan sekolah virtual.
Manusia adalah makhluk sosial akan menjadi satu tesis yang boleh jadi akan digugat zaman. Kepekaan anak atas kompetensi sosio kulturalnya diprediksi akan meluntur karena teknologi tidak akan mampu menghantarkan anak sebagai manusia sosial secara utuh dan cenderung akan terbentuk menjadi TecMan, manusia teknologi.
Mana yang dipilih, apakah sekolah tatap muka, sekolah virtual atau sekolah hybrid. Karakter digital yang sudah terbentuk hampir dua tahun ini akan sulit dikembalikan semula. Semua tergantung pada kebijakan dan kecerdasan berfikir pembuat regulasi. Pilihan paling moderat adalah sekolah berbasis hybrid. Red
Sepindonesia.com | LABURA – Karena tingginya curah hujan akhir – akhir ini menyebabkan Banjir Dimana – mana , salah satunya…
Sepundonesia.com | MEDAN – Dewan Pimpinan Daerah Perkumpulan Pengacara dan Konsultan Hukum Indonesia (DPD PPKHI) Sumatera Utara, menggelar malam keakraban…
Sepindonesia.com | MEDAN – Kapolda Sumut Irjen Pol. Drs. Martuani Sormin,M.Si silaturahmi dan audiensi bersama Korwil I KPK RI, yang…
Sepindonesia.com | LABUHANBATU – Unit Reskrim Polres Labuhanbatu melalui Unit Pidum yang dipimpin oleh Kanit Lidik 1 Resum Sat Reskrim…
Sepindonesia.com | LABUHANBATU – Jemaat Gereja Pantekosta di Indonesia (GPdI) Ebenheazer Ujung Bandar yang berada di Kecamatan Rantau Selatan Kabupaten…
Sepindonesia.com, KARIMUN – Dua pasangan calon Bupati dan Wakil Bupati Karimun masing-masing nomor urut 1 Aunur Rafiq-Anwar Hasyim (ARAH) dan…