Screenshot_2024-10-23-20-45-02-91_3a637037d35f95c5dbcdcc75e697ce91

Keberadaan Gurun Masih Menjadi Misteri

IMG_20220506_201551

Opini Ditulis Oleh Masri Buamona

Sepindonesia.com | SULA – Gurun adalah salah satu pulau yang berada di Indonesia bagian Timur, di negeri yang bernama Gurun ini terdapat komunitas masyarakat yang maju. Karena sudah mengenal dagang dengan dunia luar Nusantara seperti Cina, India dan Arab namun, sampai saat ini belum ada yang bisa memastikan keberadaan letak gurun tersebut. Peninggalan ini banyak orang beranggapan bahwa Gurun adalah Sulawesi sejak jaman dahulu, sebagian orang beranggapan Gurun merupakan pulau kecil yang terdapat di Seram Timur Provinsi Maluku. Selain itu, ada juga yang beranggapan bahwa Gurun adalah pulau Lombok.

Keberadaan pulau ini banyak orang beranggapan bahwa Gurun adalah Pulau Sulawesi, karena pulau Sulawesi ini sudah terdapat suatu peradaban sejarah yang maju dan berkembang, baik itu budaya, ekonomi dan politik. Dalam beberapa literatur menjelaskan bahwa masyarakat Sulawesi pernah membangun hubungan dagang kerajaan Nusantara dengan kerajaan luar seperti India dan Cina.

Adapun sumber lain didalam buku Hitam Putih Mahapatih Gajah Mada karya Sri Wintala Achmad, menyebutkan bahwa gurun adalag pulau Gorom, pulau Gorom tersebut berlokasi di sebelah timur Maluku, yang merupakan gugusan pulau-pulau yang menyebar mulai dari ujung timur Pulau Seram hingga Maluku Tenggara dan Kei.

Di daerah itu memiliki Tanah yang subur dan iklim tropis sehingga masyarakat ditempat ini dapat menjanjikan kesejahteraan penduduk. Wilayah ini dikenal sebagai persinggahan dan lalu lintas perdagangan dari pulau-pulau lain. Tempat ini juga dikenal sebagai daerah rempah-rempah seperti cengkeh, pala, kopra serta hasil bumi lain.

Pusat-pusat niaga di Gurun ini merupakan salah satu jaringan perdagangan internasional yang menghubungkan satu wilayah dengan wilayah lain. Baik itu wilayah Pulau Jawa, Sulawesi, Sumatera, Kalimantan, Papua, bahkan ke bagian Asia Tenggara. Kepulauan Maluku sebagai pusat perdagangan rempah-rempah terutama cengkeh dan pala pada masanya, menjadi tujuan utama pedagang-pedagang Arab dan China.

Dengan penjelasan Sri Wintala Achmad, tentu tergambar dibenak kita mengenai pulau gurun, apakah gurun bagian daripada Sulawesi ataukah Lombok Merah?, karena daerah asal rempah seperti cengkeh dan pala hanya berasal dari Maluku dan Maluku Utara. Hal ini, sudah tidak asing lagi di dengar dan bukan suatu yang baru.
Anggapan soal pulau gorom di pulau seram timur ini masih menjadi pertanyaan, karena asal-usul rempah-rempah seperti cengkeh ini tidak berasal dari pulau gorom atau pulau Maluku, melainkan tanaman seperti cengkeh hanya di temukan tumbuh di pulau seperti Makian, Tidore, Ternate dan Moti. Cengkeh yang tumbuh di pulau seram dan kepulauan Maluku adalah hasil penanaman ulang dimasa VOC setelah ekspansi. Rempah-rempah yang diketahui tumbuh subur di kepulauan Maluku sejak kedatangan bangsa barat yaitu Portugis, yang dipimpin oleh Francisco Serrao tiba di pulau Banda, dan mengabarkan hanya pohon pala yang dapat ditemui disana.

Gurun Terungkap Dalam Peta Singasari Dan Dalam Sumpah Palapa Majapahit

Diketahui pada masa kejayaan kerajaan Singasari, wilayah kekuasan Singasari meluas sampai ke pulau Obi, Seram Timur, Pulau Buru, Pulau Ambalau dan Kepulauan di sekitar Manipa. hal serupa ini terjadi pada era pemerintahan Raja Kertanegara dalam peta kekuasaan Singasari. Kertanegara merupakan raja terakhir kerajaan singasari dan raja terkuat di kerajaan Singasari pada masanya, dalam sejarah Singasari tahun 1272-1292 M, Kertanegara mampu memperluas wilayah kerajaannya, selain menguasai Melayu, kitab Negara kertagama juga menyebutkan, Singasari juga menaklukkan Pahang, Bali, Bakulapura Kalimantan Barat, Buru, Seram Maluku dan Gurun. Selain dari peta singasari gurun juga masuk dalam Sumpah Palapa yang dibacakan oleh Gajah Mada.

Peta Singasari Menunjukkan Bahwa Gurun Adalah Kepulauan Sula

Dalam data peta kerajaan Singasari menunjukan bahwa Gurun adalah pulau Sulabesi Kabupaten Kepulauan Sula, namun belum pasti bahwa daerah yang bernama gurun itu adalah kepulauan sula. soal peta singasari perlu di lihat kembali berdasarkan fakta-fakta, dan pembuktian ilmiah, yang dapat untuk kita hubungkan dengan sejarah Kepulauan Sula.

Berdasarkan sumber didalam buku Hitam Putih Mahapatih Gajah Mada, karya Sri Wintala Achmad, menyebutkan gurun merupakan sebuah pulau strategis yang ada di maluku. Gurun termasuk bagian wilayah penting dari jalur perniagaan. Fakta-fakta ini kita bisa temukan melalui penelitian di pulau Sulabesi, seperti cerita masyarakat sula yang katanya pernah terlibat dalam perang Jawa sebelum kedatangan Ngolo Macahaya dari Ternate pada 1350-1375.

Cerita Soal ketrlibata masyarakat sula dalam perang jawa ini mungkin punya kaitan dengan ekpedisi kerajaan singasari yang bertujuan ingin membangun ekspansi ke kepulauan maluku dalam rangka untuk mengkonsolidasikan kekuatan, dalam hal menghadapi peperangan dengan pasukan Tar-Tar Mongol dimasa raja Kabilai Khan, selain dari ekspedisi yang mejahit daerah yang berada di nusantara bagian timur, kertanegara juga membangun ekspediasai pamalayu dalam rangka mengkonsolidasikan kekuatan.

Sehubungan dengan ekspedisi singasari ini kita dapat membuat Satu kesimpulan bahwa sejak kerajaan singasari ingin membangun kekuatan perangnya, mungkin sula juga terlibat dalam perang ini, karena berdasarkan berapa sejarah lisan masyarakat sula mengatakan bahwa orang sula pernah ikut dalam perang jawa, sebagian masyarakat beranggapan bahwa perang itu terjadi di jawa timur, anggapan masyarakat bahwa lokasi perang itu mungkin berada di Semarang atau Malang sekarang.

Menurut sejarah lainya yang masai bisa kita saksikan di sula adalah cerita mengenai, sebelum orang sula terlibat dalam perang jawa barat, terlebih dulu orang sula juga pernah melakukan hubungan barter di pulau terdekat seperti Obi, Seram, Buru dan Banggai. Masyarakat sula juga pernah membangun hubungan dagang dengan Jawa Timur sejak lama, hal ini mungkin sudah terjadi sejak awal, dimana kerajaan singasari mulai mencari rekanan dagang di luar kekuasaannya.

Soal hubungan dagang antara jawa timur dan kepulauan sula ini baru berakhir sekitar tahun 1970, orang-orang sula setiap tahunya terus menjual hasil seperti kopra di Surabaya khususnya orang yang berada di wilayah Gay, berlayar menggunakan perahu arumbai, selama perjalanan membutuhkan waktu berbulan-bulan karena penentuan berlayar mengharapkan angina di setiap musim barat. Sula juga pernah membangun hubungan dagang yang intens dengan orang-orang Sulawesi, khususnya Sulawesi Tenggara dan Sulawesi Selatan serta Papua dan Kepulauan Maluku dan Maluku Utara, karena sula sebagai jembatan penghubung strategis atara pulau sulawesi dan papua serta penghubung bagi maluku dan maluku utara.

Maka hal ini sangat menentukan bahwa sula sudah mengenal sistem barter dengan pulau lain pada saat itu. Dilain sisi sula juga pernah disinggahi oleh pedagang dari Arab, India, maupun Cina, karena pada masa awal perkenalan dagang rempah-rempah dikenal seperti cengkeh dan pala, hal ini menjadi satu hal yang sangat langka dan berharga, maka cengkeh pala terus diburu oleh pedagang arab, inda dan cina. Untuk mencari asal-usul rempah tersebut kebanyakan pedagang melaut selat malaka, laut jawa dan laut banda barulah sampai ke tempat yang menghasilkan cengkeh seperti Ternate, Makian, Tidore dan Moti, tentunya sula juga menjadi bagian dari tempat persinggahan untuk menambah bekal dalam perjalanan menuju daerah rempah. Hal ini dibuktikan penduduk yang berasal dari cina yang sudah tidak diketahui kedatanganya seperti marga lokal sula Uma Cina-Ruam Cina dan marga Losen, serta masi banyak marga yang lain, dan nada juga cerita rakyat sula yang mengatakan ketika kesultanan ternate di masa sultan Bayanullah mengirim utusan untuk menjemput Francisco Serrao yang saat itu menuju ternate, utusan sultan bayanullah dan portugis pernah singgah di pulau sulabesi untuk menambah bekal perjalan seperti air dan makanan.

Temuan Cengkeh Tua Di Kepulauan Sula

Soal asal-usul rempah seperti cengkeh, banyak orang beranggapan bahwa cengkeh hanya dapat di temukan di pulau seperti ternate, tidore, makian dan moti, namun tanaman cengkeh ditemukan juga di pulau Mangole Pepulawa Sula, khususnya di Desa Kawata, dan mungkin masi ada yang belum di temukan karena pulau mangole dan taliabu belum di survey keseluruhan. Soal temuan cengkeh tua tersebut tak satu orang pun tau mengenai sejarah cengkeh itu, temuan soal dusun cengkeh ini sekarang dijadikan milik warga desa. Soal keterangan buku hitam puti majapahit yang menjelaskan bahwa gurun merupakan daerah asal rempah seperti cengkeh maka soal temuan cengkeh purba ini mungkin bagian dari tanaman dimasa itu.

Kepulauan Sula Dimasa Prasejarah

Kepulauan sula juga pernah berada pada masa awal persebaran manusia di nusantara, di jelaskan dalam artikel Tanudirjo, D. A. (2001), Dan Kealy, S.; Louys, J.; O’Connor, S. (2018). ada temuan beberapa fosil masa lalu, seperti temuan fosil hewan dan berupa cangkang Turbo, Trohus, cangkang dan kapak dari cangkang Tridacna, pecahan keramik bagian gelang dari batu, Tatal, hingga sisa tulang manusia dan bintang, dan temuan yang menghasilkan nilai tertua adalah cangkang Tridakna dari Desa Fat iba, yang berumur 16.200 tahun lalu SM, hal ini juga membuktikan bahwa sejak masa awal sula juga pernah dihuni oleh manusia sejak jaman purba, dan sula juga masuk dalam jembatan penting dimasa persebaran manusia moderen setelah jaman Es paparan sahul sekitar 65.000 tahun yang lalu.

Dengan temuan-temuan diatas setra sejarah lisan yang diceritakan oleh masyarakat, kita sudah dapat memastikan bahwa nenek moyang masyarakat sula juga punya peran penting dalam sejarah persebaran manusia moderen di nusantara, sudah lahir satu peradaban masyarakat yang maju dan berkembang serta sudah membangun hubungan dagang dengan daerah nusantara pada umumnya dan diluar dari nusantara.

Gurun Adalah Kepulauan Sula

Untuk memperkuat, bahwa gurun adalah sula terlebih dahulu kita harus meninjau dan mengkaji berbagai macam hal yang terjadi dimasa lalu yang lebih khususnya yaitu di Kepulauan Sula baik itu sejara lisan maupun tulisan serta fakta-fakta yang ada.
Di masa awal, dima sula sebelum diambil alih oleh Kesultanan Ternate dimasa Ngolo Mancahya tahun 1350-1375, orang sula mengatakan bahwa daerah sulabesi jaman dulu bernama Goriim, namun kata goriim itu sendiri suda tidak diketahui artinya, namun menurut masyarakat sula ada yang mengatakan bahwa goriim adalah Gay. Gay adalah salah satu daerah yang didiami oleh suku gay, yang wilayahnya terbentang dari Sulabesi Utara hinga ketanjung Waka Sulabesi Timur, dan Sulabesi Selatan.

Sebagian masyarkat beranggapan bahwa goriim adalah sala satu nama kerajaan besar yang pernah dipimpin oleh dua orang raja selama dua periode pemerintahan, kerajaan ini mempunyai tiga wilayah yang didiami oleh tiga suku yaitu suku Gay, Fagudu dan Fatcei.

Sebelum ada kekuasan tunggal yang bernama goriim, masyarakat sula hidup dibawa satu sistem kesukuan yang dimana, tiap suku mempunyai seorang pemimpin. Sesudah ada kepemimpinan tunggal yang mengatur tiga suku tersebut, maka terjadi perubahan sistem, sehingga tiga suku yang mendiami pulau sulabesi menjadi tiga penguasa wilayah yang berada dibawah satu pemerintahan tunggal. Selain dari kepala suku, masyarakat juga di pimpin oleh kepala marga di setiap marga yang berada dibawa naungan pimpinan suku. Tiga suku ini mendiami pulau sulabesi dan membangun perkampungan disana termasuk dalam pembagian wilayah. Daerah kekuasaan suku Gay terbentang dari tanjung waka perbatasan Sulabesi Timur dan Sulabesi Selatan hingga Sulabesi Utar, suku Fagudu mendiami sebagian Sulabesi Timur, dan Sulabesi Tengah, suku Fatcei mendiami Sulabesi Timur.

Perkampunagan Gay

Perkampungan Gay berlokasi di sekitar belakang Desa Wai Gay dan Desa Fuata sulabesi selatan, tepatnya dibwa kaki gunung fokaaha yang mengarah ke barat daya, penyebab perkampungan ini mulai berpindah ke pesisir pantai karena masyarakat suda mulai mengenal perdagangan antara pulau, sehinga perkampungan mulai penting dibangun di daerah pesisir pantai, serta mulai berdatangan penduduk dari luar pulau yang kemudian membangun perkampungan dan menetap di pesisir, hal serupa yang menjadi faktor penyebab perpindahan kampung suku gay secara perlahan dari pedalaman ke pesisir pantai.

Masyarakat suku gay berkaloborasi dengan suku fatcei serta suku-suku yang baru berdatangan kemudian ingin membentuk benteng pertahanan menjaga wilayanya dari serangan dari luar. Pembanguna benteng ini juga bertujuan untuk mengawasi pelayaran di laut Buru bagian barat dan sulabesi timur. Benteng ini berlokasi di pertengahan Desa Wailia Sula Besi Timut dan Tanjung Waka, benteng ini masyarakat sula menyebutnya benteng Fat Kota yang mengarah ke barat daya ada juga nama lain dari itu masyarakat biasa menyebutnya Negri Lamao. Selain benteng fat kota ada juga pembagunan benteng di bagian sulabesi utara, benteng ini dibangun dengan tujuan yang sama dalam hal dijadikan pertahan dari serangan luar serta mangawisi, pelayaran, benteng ini berlokasi di sekitaran belakang Desa Molbufa yang mengarah barat laut, benteng ini masyarakat biasa menyebutnya adalah benteng Lida Kota.

Perkampungan Awal Suku Fatcei

Suku Fatcei membangun perkampungan awal yang berlokasi disekitar kaki gunung fokaaha yang mengarah ke tenggara, yang di perkirakan berlokasi di sekitar pertengahan antara Desa Baleha dan Desa Wai Gay, penyebab pemukiman masyarakat suku fatcei ini mulai berpindah ke pesisir karena pesisir sudah mulai penting dengan adanya barter atau mulai berdagang, antara Pulau Buru dengan masyarakat setempat, hal ini yang mengakibatkan terjadi pemindahan perkampungan dari pedalaman ke pesisir. Faktor lain yang mempengaruhi perpindahan karena munculnya pelabuhan dagang di sekitaran pesisir tanjung waka dan Desa Wai Goiyofa yang mengakibatkan lahirlah perkampungan baru karena para pendatang mulai menetap dan barter serta berbaur dengan masyarakat setempat. Setelah terbentuknya pemukiman masyarakat di sekitar tanjung waka kemudian berkolaborasi dengan suku gay. Suku fatcei mulai menyebar disulabesi bagian selatan dan sula besi bagian timur. Lokasi perkampungan yang berada diwaka ini mengarah Barat Daya di sekitar pertengahan Desa Wailia dan tanjung Waka, lokasi bekas perkampungan ini masyarakat biasa menyebutnya fat kota, serta lahir perkampungan yang belakang sempat di tulis oleh orang belanda seperti Fathoi dan Baleha.

Perkampungan Suku Fagudu
Dan terbentuknya perkampungan suku Fagudu berlokasi di kaki gunungung fokaaha diperkirakan berda di belakang Desa wai Goiyofa dan Desa Fuata. Penyebab perpindahan kampung karena pertanian sudah penting serta sudah adah hubungan dagang dengan masyarakat dari pulau lain. Suku fagudu terkolaborasi denga orang-orang yang baru datang kemudian memangun perkampunga di Danas Bagai(Fa-ihi), sebagina berpindah ke sulabesi selatan dan sulabesi tengah, seriring waktu mulai menyebar ke sula besi tengah dan utara, mulai hidup berdampingan di denga suku gay, fagudu, fatcei dan suku falahu di sekitar sanana, karena saat itu sanan sudah menjadi distrik penting ketika sula sudah dibawa kesultanan ternate, sanana ini terletak di sekitaran timur laut.

Menurut masyarakat bahwa suku gay, fagudu dan fatcei memperluas wilayahnya dagangnya hinga di luar kepulauan sula, suku gay membangun perluasan dagang dengan Kepulauan Banggai, Sulawesi Tenggara dan Sulawesi Selatan. Suku fatcei memperluas wilayahnya dangang hingga ke Pulau Buruh, Seram dan Maluku lainya. Sedangkan suku fagudu memperluas wilayahnya dagangnya ke Pulau Obi hingga Papua Barat.

Soal penjelasan dalam buku hitam puti majapahit yang menyebutkan bahwa gurun mempunyai tiga lokasi perkampungan dan bahkan itu sangat mirip dengan penjelasan soal tiga perkampungan awal di pulau sula besi, semisal lokasi yang pernah disebut adalah lokasi tiga perkampungan yang mengarah ke barat daya, barat laut dan timur laut, juga dalam buku itu menyebutkan bahwa daerah gurun mempunya daerah sekutau dagang yang sangat luas, yang mempunyai kesamaan dengan sula jaman dulu.

Daerah Dibawa Kendali kepulauan Sula

Dalam buku Ternate Karesidenan Dan Kesultanannya (Bijdragen tot de kennis der Residentie Ternate, 1890)FSA de Clercq. Daerah kekuasaan pulau sula juga pernah di catat oleh Bleeker (1856; iya mengatakan bahwa di mana pulau-pulau berikut dikatakan milik Kepulauan Sula: Taliabu, Sehu, Bawana, Jeni, Limbu, Daluma, Aru, Sano, Mangkololi, Tunasim, Matete, Damain, Tabalami, Ketup, Makanateh, Nusa Hai, Nusa Mehuju, Aala, Sarumbah, Pasikaya, Tuntangan, Lahi, Penu, Pulau Mangoli, Tubulu, Paskoro, Sulabesi, Lifa Matula, Pagama, dan dua pulau tak bernama. De Hollander (Menangani , edisi ke-4, hlm. 400. 1).

Soal fakta-fakta yang diangkat diatas mungkin belum sepenuhnya, menjelaskan soal asal-usul daerah gurun, tapi berdasarkan tulisan-tulisan terdahulu yang membiarkan soal gurun hampir mempunyai kemiripan dengan kepulauan sula pada awalnya.(Masri)

pt sep gambar

Polsek Lima Puluh Cek Lahan Ketahanan Pangan

Foto : Personil Polres Batu Bara mengecek tanaman jagung dalam pelaksanaan program ketahanan pangan nasional. Sepindonesia.com | BATU BARA –…

Read More...

Polsek Labuhan Ruku Lakukan Cooling System Jelang Hari May Day 2025

Sepindonesia.com | BATU BARA – Pada hari Selasa, 29 April 2025, pukul 10.30 WIB, Polsek Labuhan Ruku melakukan kegiatan Cooling…

Read More...

Polsek Indrapura Lakukan Cooling System Jelang Hari May Day 2025

Foto : Kapolsek Indrapura, AKP Reynold Silalahi, SH, melaksanakan kegiatan Cooling System terhadap Manager PT. Unefeco, Abdul Gani, Kontraktor PT….

Read More...

Pangdam I/BB Silaturahmi Ke Gubernur Riau

Foto : Pangdam I/Bukit Barisan, Mayjen TNI Rio Firdianto melaksanakan silaturahmi ke Kantor Gubernur Riau. Sepindonesia. com | PEKANBARU –…

Read More...

Polres Tanah Karo Siap Sukseskan Program Makan Gratis

Foto : Polres Tanah Karo Tim Itwasum Polri melakukan kunjungan langsung ke wilayah Polres Tanah Karo. Sepindonesia.com | KARO  –…

Read More...

Satlantas Polres Batu Bara Laksanakan Police Goes ToSchool 

Foto : Personil Satlantas Polres Batu Bara yang melaksanakan sosialisasi ke sekolah  Sepindonesia.com | BATU BARA- Pada hari Selasa, 29 April…

Read More...

Keluarga Besar YAKIN Tebar Kebahagiaan di Tahun Ular Kayu

Foto : Yayasan Amal Kebajikan (YAKIN) berbagi sembako kepada masyarakat yang kurang mampu. Sepindonesia.com | MEDAN  –  Tahun Baru Imlek…

Read More...

Dugaan Dosen Bunuh Suami, Korban Pasien DOA

Foto : Proses persidangan perkara dugaan pembunuhan oleh oknum Dosen, Dr Tiromsi Sitanggang terhadap suaminya, Rusman Maralen Situngkir. Sepindonesia.com |…

Read More...

Adanya Beredar Informasi di Media, Tim Pidsus Gerak Cepat Cek Diduga Tambang Ilegal

Foto : Tim Pidsus Polres Labuhanbatu yang melakukan cek lokasi yang disuga tambang ilegal. Sepindonesia.com | LABUHANBATU  – Menindaklanjuti pemberitaan…

Read More...