Kabid Pengelolaan Sampah Berharap Agar Pasar Aek Nabara Memiliki Bak Sampah
Sepindonesia.com | LABUHANBATU – Kepala Bidang (Kabid) Pengelolaan Sampah dan Pengelolaan Limabah B3 Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Labuhanbatu Supardi…
Opini Sabtu (23/4/2022) Ditulis Oleh :
HM Affan Rangkuti, Ketua GTPA BNPT RI
Sepindonesia.com | JAKARTA – Perbincangan penolakan pendirian rumah ibadah non muslim di Cilegon naik kembali paska adanya masyarakat melakukan pembongkaran pagar seng pembangunan sebagai simbol penolakan. Dasar penolakan tersebut didominasi berkerangka tematik kearifan lokal.
Nah, menyikapi ini tentu para pejuang toleransi dibutuhkan pemikirannya dalam memberikan pemikiran konstruktif untuk memadamkan peluang percikan api dalam sekam melalui kajian dan analisisnya berbingkai toleransi beragama yang santun, beretika dan bermartabat.
Sebagai bahan referensi berselancar di mesin pencari apa yang menyebabkan adanya penolakan, bagaimana jeritan hati masyarakat non muslim yang harus sembunyi-sembunyi untuk beribadah memakai bangunan yang bukan rumah ibadahnya, perjuangan mereka dalam beribadah di tempat ibadah resmi dengan jarak tempuh lebih kurang 60 menit, fenomena modernisasi kehidupan saat ini, perbedaan pendapat, dan dasar hukum terkait pendirian rumah ibadah.
Rumah ibadah memang bukan sebagai tempat bisnis yang mampu mengumpulkan pundi cuan. Tapi sebagai tempat berbisnis dengan Tuhan dalam mengumpulkan amal ibadah buat akhirat kelak. Berbeda dengan rumah wisata malam. Rumah ibadah adalah konsep pendidikan saleh pribadi dan sosial menuju keharmonisan dunia dan bahagia akhirat. Bukan kamp pendidikan membuat kerusakan, kegaduhan dan keangkaramurkaan. Rumah ibadah adalah rumah Tuhan yang dipastikan mengajarkan kemurnian dan kejernihan kebaikan.
Memang pemahaman keagamaan dan pengalaman menjalankan agama pada setiap orang berbeda. Andaikata pemahaman keagamaan dan pengalaman hanya satu dipastikan hidup akan seperti kanebo kering. Perbedaanlah yang membuat hidup itu lebih berwarna, disinilah toleransi itu penting sebagai rantai penyambung ekosistem interaksi sosial yang berperadaban tinggi dan mulia.
Kajian dan analisis ini sepertinya mesti digencarkan sebagai kunci duplikat pembuka penyadaran semua pihak. Kajian dan analisis yang dilakukan para pejuang toleransi tentu diyakini akan dapat mewarnai pemikiran pemangku kebijakan untuk memberikan satu pandangan yang lebih dalam membangun peradaban manusia yang lebih memanusiakan.(Red)
Sepindonesia.com | LABUHANBATU – Ketua Serikat Perempuan Independen (SPI) Labuhanbatu Istuti Leili Lubis melakukan kerjasama dengan memorandum of understanding (MoU)…
Sepindonesia.com | LABUHANBATU – Bupati Labuhanbatu H.Andi Suhaimi Dalimunthe,ST.MT melayat kerumah duka ketua GAMKI Tohap Simanungkalit atas meninggalnya orang Op.Berlin…
Sepondonesia.com | LABURA – Kapolsek Kualuh Hulu, AKP Sahrial Sirait yang diwakili Kanit Reskrim Ipda Yuna Gultom melakukan pengecekan titik…
Sepindonesia.com | LABUHANBATU – Bupati Labuhanbatu H.Andi Suhaimi Dalimunthe ST,MT, melaksanakan shalat Jum’at berjamaah pada agenda Jum’at keliling (Jumling )…
Sepindonesia.com | LABUHANBATU – Tim Operasional Satres Narkoba Polres Labuhanbatu menangkap seorang laki – laki Inisial AS alias Apin (40)…
Sepindonesia.com | LABURA – Kapolsek NX IX-X, AKP Maralidang Harahap melaksanakan pengecekan hospot dengan lintang 2.28369, bujur 99.668272 yang termonitor di…
Sepindonesia.com | LABURA – Parlagutan Sitompul (52) warga Dusun Kampung Baru, Desa Lobu Huala, Kecamatan Kualuh Selatan, Kabupaten Labura, merasa…
Sepindonesia.com | LABUHANBATU – Bupati Labuhanbatu H.Andi Suhaimi Dalimunthe ST,MT meresmikan Distributor Air Minum dalam Kemasan (AMDK) merek Liga untuk…