Pj.Bupati Labuhanbatu Melaksanakan Rapat Koordinasi Membahas PPKM Mikro
Sepindonesia.com | LABUHANBATU – Pj. Bupati Labuhanbatu Mulyadi Simatupang, S.Pi, M.Si menghadiri Rapat Koordinasi Forkopimda dengan Instansi Terkait dalam Penanganan…
Ditulis oleh : Pramiado Samuel Siregar/ 195080201111048
Mahasiswa Universitas Brawijaya, Malang
Sepindonesia.com | LABUHANBATU – Keadaan global yang saat ini sedang diguncang pandemi Sars-Cov-19 jelas akan menimbulkan banyak dampak buruk hingga ketidaknyaman dalam diri dan hidup, terbukti dengan banyak nya korban dari virus ini. Fakta dari informasi tersebut didapat dari data World Health Organisization (WHO), dimana WHO mencatat bahwa hingga saat ini sebanyak 104,956,439 jiwa terkonfirmasi kasus covid-19, dengan mencakup 235 negara di dunia. Tidak terkecuali negara Indonesia, Covid-19 merupakan masalah serius yang dihadapi Indonesia pada saat ini. Penyebaran Covid- 19 yang bersifat pathogen tanpa memahami apapun sudah merubah banyak sistem kehidupan manusia.
Penyebaran Covid- 19 pula sudah mengambil kedudukan berarti dalam meningkatnya kasus komplikasi yang terjadi di Indonesia, baik dalam pembelajaran, ekonomi, sosial budaya, kesehatan, serta agama. Kasus ekonomi jadi masalah utama dari pandemi Covid- 19 ini. Krisis ekonomi sudah berkontribusi pada menaiknya angka kemiskinan serta pengangguran di Indonesia. Informasi dari Bank Indonesia 5 agustus 2020 merilis angka perkembangan ekonomi Indonesia triwulan II- 2020 sebesar minus 5, 32 persen dibanding triwulan II- 2019, ataupun year on year( yoy).
Dibanding dengan triwulan I- 2020, ataupun quarter to quarter (qtq), angkanya minus 4, 19 persen. Apalagi banyak opini dari pemerintah serta para pakar ekonomi menebak akan terjadi resesi ekonomi di Indonesia. Melihat keadaan ekonomi dalam konteks pandemi covid-19 dan sumberdaya alam yang ada, bahwa sumberdaya perikanan budidaya saat ini merupakan pilihan yang strategis dalam rangka mendukung upaya pembangunan ekonomi secara nasional. untuk menciptakan landasan ekonomi yang kuat. Sumberdaya ikan sebagai bagian dari kekayaan alam, merupakan modal dasar pembangunan nasional yang perlu dimanfaatkan secara optimal untuk kemakmuran rakyat Indonesia, dengan mengusahakan secara berdaya guna serta selalu memperhatikan kelestariannya. Berdasarkan data dari FAO, pada tahun 2012, Indonesia menempati peringkat ke-4 untuk produksi perikanan budidaya terbesar di dunia, Data Badan Pusat Statistik mencatat, perikanan budidaya mempunyai peluang yang besar terhadap pendapatan nasional melalui Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia.
Misalnya saja pada tahun 2015 lalu perikanan budidaya memberikan kontribusi sebesar 1,41 % terhadap PDB Indonesia dengan laju pertumbuhan PDB sebesar 15,79 diatas laju pertumbuhan PDB sektor perikanan dan PDB Indonesia. Kemudian pada tahun 2017 PDB sektor perikanan mencapai nilai Rp. 227,3 trilyun dengan pertumbuhan sebesar 5,95 persen atau naik 15,33 persen dari tahun sebelumnya yang mencapai 5,15 persen. BPS berpendapat bahwa kenaikan nilai PDB sektor perikanan tidak terlepas dari fenomena produk perikanan budidaya. Pertumbuhan ekonomi ini juga disebabkan karena membaiknya iklim usaha perikanan budidaya di masyarakat.
Menurut Michael Philips et al., 2016 Perikanan budidaya menciptakan lapangan kerja yang signifikan di Indonesia. Budidaya ikan di kolam merupakan penyedia lapangan pekerjaan terbesar secara keseluruhan. Selain mengestimasikan jumlah pekerjaan, aset sosial seperti pemerataan yang adil, keamanan finansial dan tanggung jawab sosial juga evaluasi. Hal serupa juga merupakan suara komitmen dari pemerintah dalam meningkatkan ekonomi di negara kita khusus nya di era hantaman covid-19 ini, Pemerintah akan terus membangun kemaritiman berkelanjutan melalui penguatan instruksi dan institusi terkait dalam melaksanakan proyek strategis nasional di bidang maritim.
Pembangunan sektor maritim perlu mensinergikan kepentingan ekonomi, dalam optimimalisasi sumberdaya manusia tanpa melupakan keberlanjutan ekosistem guna mencapai target perikanan budidaya. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 45 tahun 2009 pasal 6 ayat 1 mengamanatkan bahwa pengelolaan perikanan ditujukan untuk tercapainya manfaat yang optimal dan berkelanjutan, serta terjaminnya kelestarian sumber daya ikan.
Pada kenyataan nya, sampai saat ini mayoritas aktivitas perikanan budidaya nasional kurang memperlihatkan kinerja yang optimal, berkelanjutan, dan menjamin kelestarian sumber daya ikan. Misi untuk mencapai target pengolahan perikanan sub sektor perikanan budidaya Nasional diperlukan Pengembangan inovasi teknologi, pengoptimalan sumberdaya alam dan sumberdaya manusia yang terintegrasi untuk menjawab tantangan pada kondisi urgensi saat ini. Inovasi teknologi tersebut tidak hanya dapat memahami proses produksi atau mengetahui ketersediaan dan kebutuhan pangan saja apalagi ditengah pandemi seperti saat ini tapi juga mampu beradaptasi terhadap perubahan perilaku kebutuhan dan keinginan di tengah masyarakat.
2. ISI Menurut Tajerin et al., 2007 Salah satu sumber pertumbuhan yang diharapkan dapat menolong bangsa ini keluar dari krisis ekonomi dan menghantarkan menjadi bangsa yang maju adalah sub sektor perikanan.
Keyakinan tersebut berdasarkan pada tiga alasan utama. Pertama, fakta fisik menunjukkan bahwa Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri dari 17.504 pulau dengan garis pantai sepanjang 81.000 km dan luas laut sekitar 5,7 juta km2 atau 62 persen dari luas teritorialnya (Dahuri et al., 2001). Kedua, di wilayah pesisir dan lautan yang sangat luas itu terdapat sumberdaya alam yang besar sebagai potensi pembangunan yang belum termanfaatkan secara optimal. Ketiga, bahwa seiring dengan pertambahan jumlah penduduk dunia, permintaan terhadap produk-produk perikanan baik yang berasal dari pasar domestik maupun pasar global diperkirakan akan semakin meningkat. Kebijakan pembangunan perikanan pada sub perikanan budidaya perlu dioptimalkan. Optimalisasi perikanan budidaya perlu ditunjang dengan pengadaan sistem teknologi dan budidaya ikan yang tepat. Ikan batak merupakan salah satu jenis ikan budidaya yang bersifat endemik Sumatera Utara khususnya di Danau Toba, hulu Sungai Asahan, dan telah masuk dalam kategori terancam punah (Vulnerable) kemudian berdasarkan IUCN Red List ikan batak sudah sangat sulit untuk ditemukan di habitat alaminya (Basuki.,2019).
Ikan batak atau lebih populer disebut “ihan batak” terdisribusi di air deras dan dijumpai di upacara – upacara adat sebagai syarat terlaksananya kegiatan adat tersebut sehingga membuat ihan batak juga mempunyai catatatan budaya histori yang dalam (Zairin et al., 2005). Ikan batak memiliki nilai budaya sehingga nilai jualnya tinggi, yaitu Rp 700 000,/kg. Hal ini mengakibatkan eksploitasi yang tinggi terhadap ikan batak.
Oleh masyarakat setempat hasil penangkapan ikan batak dari alam tidak langsung dijual tetapi disimpan dalam kolam menunggu penyelenggaraan upacara adat. Adanya introduksi ikan baru seperti ikan nila ke dalam Danau Toba menjadi masalah baru bagi ikan batak karena ikan nila memakan telur-telur ikan batak. Selain itu meningkatnya kerusakan habitat yang disebabkan manusia semakin mengancam populasi ikan batak. Pengelolaan yang baik pada ikan tersebut, dapat mendukung ekonomi masyarakat melalui peningkatan pendapatan dari hasil budidaya dan penyedia sumber protein hewani untuk konsumsi. Permasalahan yang dijumpai adalah berkurangnya populasi Ikan Batak akibat penurunan kualitas air di habitat aslinya, berupa perairan jernih dengan kandungan oksigen tinggi. Upaya pelestarian ikan tersebut, memerlukan teknologi yang dapat menjaga kebersihan air di habitatnya dengan lebih praktis dan dapat memantau perkembangan ikan Batak lebih baik lagi. Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menyarankan untuk menggunakan teknologi keramba jaring apung (KJA) untuk mengembangkan budidaya ikan air tawar. Teknologi itu diungkap dalam Seminar Teknologi Budidaya KJA Berkelanjutan di Perairan Umum yang digelar Trobos Aqua di JIEXPO Kemayoran dalam rangkaian Pameran Aquatica Asia and Indoaqua 2018.
Budidaya tersebut banyak dilakukan di perairan umum seperti sungai, danau, waduk dan situ. Keberhasilan pengembangan teknologi KJA telah terbukti berperan dalam peningkatan produksi ikan secara nasional. Budidaya ikan air tawar dengan KJA sifatnya ramah lingkungan dan berkelanjutan adanya teknologi KJA memberikan efek multiplier terhadap penyerapan tenaga kerja baik langsung maupun tidak langsung, dari hulu ke hilir. Masyarakat dapat bekerja untuk pembenihan, pakan ikan, buruh bongkar muat, buruh transportasi, tenaga panen, hingga pemilik warung makanPerkembangan KJA harus diimbangi dengan perhitungan kemampuan daya dukung perairan. KJA memerlukan lingkungan perairan yang bersih agar ikan dapat tumbuh secara optimal dan mulai sekarang KJA harus menyesuaikan dengan daya dukung perairan, serta menggunakan teknologi yang ramah lingkungan Kegiatan budidaya ikan dalam keramba jaring apung (KJA) saat ini banyak berkembang di perairan danau dan waduk dan merupakan salah satu sumber penghasil ikan air tawar selain dari perikanan tangkap (Astuti, et al., 2018). Sistem KJA ini telah membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat sekitar sehingga dapat mengurangi angka pengangguran. Dalam usaha budidaya KJA seorang tenaga kerja dapat menangani 4 – 8 petak KJA namun terdapat beberapa dampak negatif yang ditimbulkan dari budidaya ikan melalui sistem KJA yang tidak terkontrol antara lain: (i) penurunan kualitas air seperti penurunan oksigen terlarut, peningkatan amoniak, nitrit dan sulfida serta peningkatan kekeruhan,
(2) peningkatan pencemaran bahan organik yang berasal dari pakan yang tidak dicerrna, feses dan urin ikan (Astuti & Krismono, 2016). Berdasarkan permasalahan tersebut, maka diperlukan inovasi teknologi yang dapat mendukung pelestarian Ikan Batak dengan lebih praktis dan dapat dijangkau masyarakat. FLONECA adalah teknologi yang sesuai untuk budidaya Ikan Batak. FLONECA merupakan diversifikasi teknologi dari alat budidaya ikan, yaitu Keramba Jaring Apung. Alat ini memiliki desain yang lebih kompleks yaitu dengan struktur berlapis dan dilengkapi penampung untuk sisa metabolisme ikan. FLONECA dalam pengembangannya akan dibuat mirip dengan habitat asli Ikan Batak. Ukuran dari alat ini dapat menyesuaikan lokasi penempatannya. FLONECA akan ditempatkan pada perairan jernih, dimana Ikan Batak nyaman untuk hidup. FLONECA merupakan teknologi diversifikasi yang dapat mendukung upaya budidaya Ikan Batak dengan lebih praktis dan efisien. FLONECA diharapkan dapat meningkatkan ekonomi masyarakat, menghindarkan Ikan Batak dari kepunahan, membantu pelestariannya sebagai ikan yang memiliki sejarah tinggi, serta mendukung upaya pemerintah dalam kebijakan pembangunan kelautan dan perikanan di masa mendatang. 3. Penutup Dari paparan opini diatas dapat disimpulkan bahwa: I. Permasalahan mengenai covid-19 yang telah mengubah banyak kebiasaan hingga tatanan hidup perlu di entaskan. Melihat keadaan ekonomi kita yang semakin menyusut membuat banyak kalangan mengeluh hingga menderita. Data dan fakta telah banyak bergulir menyatakan keadaan ini sangat menggangu. Penting untuk kita memanfaatkan apa yang ada sebagai jalan keluar alternatif.
Menjadi negara maritim merupakan sebuah kado spesial yang diberikan oleh yang maha kuasa untuk negeri ini, tinggal bagaimana kita sebagai penghuninya memanfaatkan dan mengelola nya sebaik mungkin. II. Mahasiswa sebagai agent of change, permasalahan mengenai pandemi wabah Corona Virus Disease-19 ini menuntut dan mengajak kita untuk menyatakan dan menunjukan peran asli. Bukan hanya diam, pasrah, dan mengeluh ditengah hantaman pandemi ini. Aksi nyata kita yang inovatif dan persuasif, tentunya harus dapat diaplikasikan pada semua insan di kehidupan nyata. Aksi inilah yang akan membuktikan bahwa kita ialah mahasiswa yang tentu tidak hanya melihat penderitaan diatas cobaan, melainkan memilih menggunakan tindakan nyata yang akan memecahkan masalah sedikit demi sedikit dan aktualisasi sebagai mahasiswa yang berperan dalam mengoptimalkan sumberdaya manusia di masa pandemi. III. Perlu ada nya terobosaan inovasi teknologi untuk mendukung keberadaan ikan batak sebagai ikan budidaya yang bernilai ekonomis tinggi, guna mendukung perekonomian masyarakat dan membantu pemerintah dalam pengentasan permasalahan di negeri ini.(Red/19)
Sepindonesia.com | LABUHANBATU – Pj. Bupati Labuhanbatu Mulyadi Simatupang, S.Pi, M.Si menghadiri Rapat Koordinasi Forkopimda dengan Instansi Terkait dalam Penanganan…
Sepindonesia.com | LABUHANBATU – Leting TFTT Polres Labuhanbatu Kembali Laksanakan ( BANSOS ) Sunat Gratis Di Kelurahan Aek Paing Dan…
Sepindonesia.com | LABUSEL – Dalam upaya percepatan pelayanan kependudukan dan pencatatan sipil, Pemkab Labuhanbatu Selatan telah melakukan langkah-langkah strategis pencetakan…
Sepindonesia.com | ASAHAN – Dalam menghadapi situasi pandemi Covid-19 ini, Tim Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (TP-PKK) Kabupaten Asahan ikuti…
Sepindonesia.com | ASAHAN – Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Asahan bersama dengan Badan Keamanan Laut (Bakamla) berencaan membangun sistem komunikasi maritim stasiun…
Sepindonesia.com | LABURA – Satpol PP Labura langsung ke lokasi terkaid dari laporan salah satu LSM dan viralnya pemberitaan tentang…
Sepindonesia.com | BENGKALIS – Dua hari sebelumnya bertambah 48 orang, kemarin bertambah 35 orang, per Senin, 12 Juli 2021, hanya…
Sepindonesia.com | LABUHANBATU – Angota Bhabinkamtibmas Kelurahan Sidorejo Bripka Didi Irawan dengan cepat mendatangi tempat terjadinya kebakaran rumah di Sigambal…
Sepindonesia.com | JAKARTA – Para peternak menurunkan jumlah stok hewan kurban yang akan dijual pada perayaan hari raya Idul adha…